Segitiga Bermuda (bahasa Inggris: Bermuda Triangle), biasa disebut juga Segitiga Setan adalah sebuah wilayah lautan di Samudra Atlantik seluas 1,5 juta mil2 atau 4 juta km2 yang membentuk garis segitiga antara Kepulauan Bermuda, wilayah teritorial Britania Raya sebagai titik di sebelah utara, Puerto Riko, teritorial Amerika Serikat sebagai titik di sebelah selatan dan Miami, negara bagian Florida, Amerika Serikat sebagai titik di sebelah barat. Kawasan ini terdiri dari sekitar 300 pulau kecil yang dihuni 65.000 jiwa.
Segitiga bermuda sangat misterius. Sering ada isu paranormal di daerah tersebut yang menyatakan alasan dari peristiwa hilangnya kapal yang melintas. Ada pula yang mengatakan bahwa sudah menjadi gejala alam bahwa tidak boleh melintasi wilayah tersebut. Bahkan ada pula yang mengatakan bahwa itu semua akibat ulah makhluk luar angkasa.
Seperti yang dilansir pada id.wikipedia.org, pada masa pelayaran Christopher Colombus, ketika melintasi area segitiga Bermuda, salah satu awak kapalnya mengatakan melihat “cahaya aneh berkemilau di cakrawala”. Beberapa orang mengatakan telah mengamati sesuatu seperti meteor. Dalam catatannya ia menulis bahwa peralatan navigasi tidak berfungsi dengan baik selama berada di area tersebut.
Berbagai peristiwa kehilangan di area tersebut pertama kali didokumentasikan pada tahun 1951 oleh E.V.W. Jones dari majalah Associated Press. Jones menulis artikel mengenai peristiwa kehilangan misterius yang menimpa kapal terbang dan laut di area tersebut dan menyebutnya ‘Segitiga Setan’. Hal tersebut diungkit kembali pada tahun berikutnya oleh Fate Magazine dengan artikel yang dibuat George X. Tahun 1964, Vincent Geddis menyebut area tersebut sebagai ‘Segitiga Bermuda yang mematikan’, setelah istilah ‘Segitiga Bermuda’ menjadi istilah yang biasa disebut. Segitiga bermuda merupakan suatu tempat dimana di dasar laut tersebut terdapat sebuah piramid besar mungkin lebih besar dari piramid yang ada di Kairo Mesir. Piramid tersebut mempunyai jarak antara ujung piramid dan permukaan laut sekitar 500 m, di ujung piramid tersebut terdapat dua rongga lubang lebih besar.
Pendapat lain mengenai kawasan ini, dikenal dengan nama Segitiga Bermuda (The Bermuda Triangle) pada tahun 1945 saat terjadi raibnya sekumpulan pesawat yang membentuk formasi segitiga sebelum hilang. Sejak saat itu, wilayah ini dikenal dengan nama Segitiga Bermuda. Ada pula yang mengatakan bahwa disebut segitiga, karena setelah berbagai kelenyapan kapal dan pesawat terbang itu diproyeksikan pada peta ternyata semua berlangsung di suatu daerah berbentuk segitiga, antara kepulauan bermuda, Puerto Rico, dan bagian selatan Florida.
B. Teori Gas Metana, Penyebab Banyak Kapal Hilang di Segitiga Bermuda
Menurut sebuah artikel yang ditulis di antaranews.com, Misteri hilangnya beberapa kapal laut dan pesawat terbang di wilayah yang disebut 'Segitiga Bermuda' kini tersingkap sudah. Singkirkan jauh-jauh teori tentang pesawat luar angkasa alien, anomali waktu, piramida raksasa bangsa Atlantis, atau fenomena meteorologis.
Segitiga Bermuda adalah sebuah fenomena gas akut biasa, demikian tulis Salem-News.com.
Gas alam, sama seperti gas yang dihasilkan oleh air mendidih, terutama gas metana, adalah tersangka utama di balik hilangnya beberapa pesawat terbang dan kapal laut. Bukti dari penemuan yang membawa sudut pandang baru terhadap misteri yang menghantui dunia selama bertahun-tahun itu tertuang dalam laporan American Journal of Physics.
Professor Joseph Monaghan meneliti hipotesis itu ditemani oleh David May di Monash University, Melbourne, Australia. Dua hipotesis dari penelitian itu adalah balon-balon raksasa gas metana keluar dari dasar lautan yang menyebabkan sebagian besar, untuk tidak mengatakan semua, kecelakaan misterius di lokasi itu.
Ivan T. Sanderson sebenarnya telah mengidentifikasi zona-zona misterius selama tahun 1960-an. Sanderson bahkan menggambarkan sebenarnya zona-zona misterius itu lebih berbentuk seperti ketupat ketimbang segitiga.
Sanderson menemukan bahwa bukan saja Segitiga Bermuda tetapi Laut Jepang dan Laut Utara adalah dua area tempat kejadian misterius sering terjadi. Para Oseanograf yang menjelajah di dasar laut Segitiga Bermuda dan Laut Utara, wilayah di antara Eropa daratan dan Inggris melaporkan menemukan banyak kandungan metana dan situs-situs bekas longsoran.
Berangkat dari keterkaitan itu dan data-data yang tersedia dua peneliti itu menggambarkan apa yang terjadi jika sebuah balon metana raksasa meledak dari dasar laut.
Metana, yang biasanya membeku di bawah lapisan bebatuan bawah tanah, bisa keluar dan berubah menjadi balon gas yang membesar secara geometris ketika ia bergerak ke atas. Ketika mencapai permukaan air balon berisi gas itu akan terus membesar ke atas dan ke luar.
Teori ini berhasil diuji coba di laboratorium dan hasilnya memuaskan beberapa orang tentang penjelasan yang masuk akal seputar misteri lenyapnya pesawat-pesawat dan kapal laut yang melintas di wilayah tersebut.
Menurut Bill Dillon dari U.S Geological Survey, air bercahaya putih itulah penyebabnya. Di daerah segitiga maut Bermuda dan juga di beberapa daerah lain sepanjang tepi pesisir benua, terdapat "tambang metana". Tambang ini terbentuk kalau gas metana menumpuk di bawah dasar laut yang tak dapat ditembusnya. Gas ini dapat lolos tiba-tiba kalau dasar laut retak. Lolosnya tidak kepalang tangung. Dengan kekuatan yang luar biasa, tumpukan gas itu menyembur ke permukaan sambil merebus air, membentuk senyawa metana hidrat.
Air yang dilalui gas ini mendidih sampai terlihat seperti "air bercahaya putih". Blow out atau ledakan serupa pernah terjadi di laut Kaspia dan sudah banyak menelan anjungan pengeboran minyak sebagai korban. Regu penyelamat yang dikerahkan tidak menemukan sisa sama sekali. Mungkin karena alat dan manusia yang menjadi korban tersedot pusaran air, dan jatuh ke dalam lubang bekas retakan dasar laut, lalu tanah dan air yang semula naik ke atas tapi kemudian mengendap lagi di dasar laut, menimbun mereka semua.
Setiap kapal yang terperangkap di dalam balon gas raksasa itu akan langsung goyah dan tenggelam ke dasar lautan. Jika balon itu cukup besar dan memiliki kepadatan yang cukup, maka pesawat terbang pun bisa dihantam jatuh olehnya. Pesawat terbang yang terjebak di balon metana raksasa, berkemungkinan mengalami keruskan mesin karena diselimuti oleh metana dan segera kehilangan daya angkatnya.
C. Analisis Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat Mengenai Teori Ledakan Gas Methana di Segitiga Bermuda
Misteri di kawasan segitiga Bermuda dapat dikatakan merupakan masalah multidimensional. Sejak pertama kali terungkap sampai sekarang dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, para ilmuwan banyak mengemukakan hipotesis-hipotesis untuk mencari alasan ilmiah mengenai berbagai kejadian di kawasan ini. Teori yang terbaru mengemukakan adanya kemungkinan ledakan gas methana dari dasar laut segitiga Bermuda.
Teori ini dapat dikaji lebih lanjut menurut pendekatan Salingtemas baik secara dasar sains dan ilmu lingkungan, teknologi yang digunakan, serta dampak teori ini pada persepsi masyarakat luas.
1. Sains : Ledakan Gas Methana
Teori ledakan gas methana tidak bisa lepas dari perkembangan ilmu kimia. Gas methana merupakan gas alam yang terkandung secara di perut bumi. Gas methana dapat keluar dan membentuk gelembung-gelembung gas melalui celah retakan lempeng bumi akibat peristiwa geologis.
Berdasarkan penelitian, gas methana merupakan gas tidak berwarna dan berbau dengan rumus kimia CH4 dapat mengemisikan kalor 21 kali lebih besar daripada CO2. Dengan kekuatan yang luar biasa, tumpukan gas methana yang menyembur ke permukaan sambil merebus air, membentuk senyawa metana hidrat. Air yang dilalui gas ini akan mendidih sampai terlihat seperti "air bercahaya putih". Blow out atau ledakan serupa pernah terjadi di laut Kaspia dan sudah banyak menelan anjungan pengeboran minyak sebagai korban. “Air bercahaya putih” karena pengaruh gas methana ini menerangkan mengenai apa yang dilihat oleh Columbus dalam pelayarannya. Gas methana, dewasa ini juga diperkirakan merupakan penyebab utama dari adanya pemanasan global.
2. Lingkungan : Kondisi Geologis Segitiga Bermuda
Kondisi lingkungan di kawasan Segitiga Bermuda juga berpengaruh terhadap fenomena-fenomena yang terjadi. Laut Sargaso di kawasan ini, terkenal dengan keheningan lautnya. Laut ini adalah laut mati, tidak didapati gerakan apapun karena jarangnya hembusan udara dan angin yang menerpanya. Para pelaut menjulukinya dengan banyak nama, antara lain “laut seram” dan “kuburan atlantik”. Hal ini mereka saksikan dari suasana mencekam dan ketakutan luar biasa pada saat mereka berlayar.
Ekspedisi laut modern menemukan adanya jumlah besar dari kapal laut, kapal selam, dan perahu yang berserakan di dasar laut ini, yang berasal dari berbagai masa semenjak perjalanan melalui lautan. Kebanyakan kapal-kapal tersebut terbenam di dasar lautan pada sisi-sisi yang gelap, di samping hilangnya sejumlah besar kapal dan perahu tanpa meninggalkan jejak sedikitpun.
Selain itu, kawasan perairan segitiga Bermuda merupakan daerah pertemuan arus dingin dari artik dengan arus hangat dari teluk meksiko yang memungkinkan terjadinya pusaran air (Gulf Stream) yang sangat cepat dan turbulen. Labilnya kondisi geologis lempeng bumi juga memiliki pengaruh. Pergeseran lempeng bumi di dasar laut melepaskan balon gas methana dari dalam dan kemudian menyedot air laut masuk ke dalam retakan. Hal ini menguatkan teori ledakan gas methana mengenai alasan raibnya kapal dan pesawat tanpa sisa, karena tersedot masuk jauh ke dalam lempeng bumi dan terkubur selamanya.
3. Teknologi : Karamnya Kapal dan Pesawat
Balon gas methana yang keluar dapat menimbulkan gelombang besar selain kondisi airnya yang mendidih. Sehingga dapat seketika mengguncang kapal dan menghilangkan daya apungnya. Di udara balon gas methana dapat mengganggu penerbangan pesawat. Pesawat akan kehilangan daya angkat ke atas karena perubahan tekanan atas-bawah sayap pesawat tidak terkendali. Fakta yang terjadi di sejarah Segitiga Bermuda menyimpulkan tidak peduli secanggih apapun teknologi kapal dan pesawat, jika diterjang gas methana dapat terganggu juga.
Sisi teknologi juga menyumbang andil terhadap perkembangan penelitian mengenai Segitiga Bermuda. Dari perkembangan teknologi, diketahui adanya tambang methana, kejanggalan fungsi alat navigasi dan proyeksi daerah prairan yang boleh tidaknya dilalui perjalanan laut. Namun meski demikian, belum ada penjelasan ilmiah mengenai alasan bagaimana alat navigasi seperti kompas, radar dan pamancar radio SOS tidak berfungsi dengan baik ketika di kawasan tersebut.
4. Masyarakat : Perubahan Persepsi Masyarakat mengenai Segitiga Bermuda Misteri yang terjadi di Segitiga Bermuda sudah sejak lama menghantui masyarakat. Ada berbagai persepsi dan penafsiran mengenai penyebab hilangnya kapal dan pesawat di perairan ini. Ada yang berpendapat adanya piramida atlantis, kerajaan jin dan setan, lorong waktu, bahkan pangkalan UFO dan sebagainya. Dipublikasikannya teori ledakan gas methana setidaknya dapat mengubah persepsi masyarakat mengenai isu takhayul dan paranormal tersebut. Bahwa fenomena hilangnya kapal di Bermuda adalah normal dan dapat terjadi di mana saja.
DAFTAR PUSTAKA
Segitiga bermuda sangat misterius. Sering ada isu paranormal di daerah tersebut yang menyatakan alasan dari peristiwa hilangnya kapal yang melintas. Ada pula yang mengatakan bahwa sudah menjadi gejala alam bahwa tidak boleh melintasi wilayah tersebut. Bahkan ada pula yang mengatakan bahwa itu semua akibat ulah makhluk luar angkasa.
Seperti yang dilansir pada id.wikipedia.org, pada masa pelayaran Christopher Colombus, ketika melintasi area segitiga Bermuda, salah satu awak kapalnya mengatakan melihat “cahaya aneh berkemilau di cakrawala”. Beberapa orang mengatakan telah mengamati sesuatu seperti meteor. Dalam catatannya ia menulis bahwa peralatan navigasi tidak berfungsi dengan baik selama berada di area tersebut.
Berbagai peristiwa kehilangan di area tersebut pertama kali didokumentasikan pada tahun 1951 oleh E.V.W. Jones dari majalah Associated Press. Jones menulis artikel mengenai peristiwa kehilangan misterius yang menimpa kapal terbang dan laut di area tersebut dan menyebutnya ‘Segitiga Setan’. Hal tersebut diungkit kembali pada tahun berikutnya oleh Fate Magazine dengan artikel yang dibuat George X. Tahun 1964, Vincent Geddis menyebut area tersebut sebagai ‘Segitiga Bermuda yang mematikan’, setelah istilah ‘Segitiga Bermuda’ menjadi istilah yang biasa disebut. Segitiga bermuda merupakan suatu tempat dimana di dasar laut tersebut terdapat sebuah piramid besar mungkin lebih besar dari piramid yang ada di Kairo Mesir. Piramid tersebut mempunyai jarak antara ujung piramid dan permukaan laut sekitar 500 m, di ujung piramid tersebut terdapat dua rongga lubang lebih besar.
Pendapat lain mengenai kawasan ini, dikenal dengan nama Segitiga Bermuda (The Bermuda Triangle) pada tahun 1945 saat terjadi raibnya sekumpulan pesawat yang membentuk formasi segitiga sebelum hilang. Sejak saat itu, wilayah ini dikenal dengan nama Segitiga Bermuda. Ada pula yang mengatakan bahwa disebut segitiga, karena setelah berbagai kelenyapan kapal dan pesawat terbang itu diproyeksikan pada peta ternyata semua berlangsung di suatu daerah berbentuk segitiga, antara kepulauan bermuda, Puerto Rico, dan bagian selatan Florida.
B. Teori Gas Metana, Penyebab Banyak Kapal Hilang di Segitiga Bermuda
Menurut sebuah artikel yang ditulis di antaranews.com, Misteri hilangnya beberapa kapal laut dan pesawat terbang di wilayah yang disebut 'Segitiga Bermuda' kini tersingkap sudah. Singkirkan jauh-jauh teori tentang pesawat luar angkasa alien, anomali waktu, piramida raksasa bangsa Atlantis, atau fenomena meteorologis.
Segitiga Bermuda adalah sebuah fenomena gas akut biasa, demikian tulis Salem-News.com.
Gas alam, sama seperti gas yang dihasilkan oleh air mendidih, terutama gas metana, adalah tersangka utama di balik hilangnya beberapa pesawat terbang dan kapal laut. Bukti dari penemuan yang membawa sudut pandang baru terhadap misteri yang menghantui dunia selama bertahun-tahun itu tertuang dalam laporan American Journal of Physics.
Professor Joseph Monaghan meneliti hipotesis itu ditemani oleh David May di Monash University, Melbourne, Australia. Dua hipotesis dari penelitian itu adalah balon-balon raksasa gas metana keluar dari dasar lautan yang menyebabkan sebagian besar, untuk tidak mengatakan semua, kecelakaan misterius di lokasi itu.
Ivan T. Sanderson sebenarnya telah mengidentifikasi zona-zona misterius selama tahun 1960-an. Sanderson bahkan menggambarkan sebenarnya zona-zona misterius itu lebih berbentuk seperti ketupat ketimbang segitiga.
Sanderson menemukan bahwa bukan saja Segitiga Bermuda tetapi Laut Jepang dan Laut Utara adalah dua area tempat kejadian misterius sering terjadi. Para Oseanograf yang menjelajah di dasar laut Segitiga Bermuda dan Laut Utara, wilayah di antara Eropa daratan dan Inggris melaporkan menemukan banyak kandungan metana dan situs-situs bekas longsoran.
Berangkat dari keterkaitan itu dan data-data yang tersedia dua peneliti itu menggambarkan apa yang terjadi jika sebuah balon metana raksasa meledak dari dasar laut.
Metana, yang biasanya membeku di bawah lapisan bebatuan bawah tanah, bisa keluar dan berubah menjadi balon gas yang membesar secara geometris ketika ia bergerak ke atas. Ketika mencapai permukaan air balon berisi gas itu akan terus membesar ke atas dan ke luar.
Teori ini berhasil diuji coba di laboratorium dan hasilnya memuaskan beberapa orang tentang penjelasan yang masuk akal seputar misteri lenyapnya pesawat-pesawat dan kapal laut yang melintas di wilayah tersebut.
Menurut Bill Dillon dari U.S Geological Survey, air bercahaya putih itulah penyebabnya. Di daerah segitiga maut Bermuda dan juga di beberapa daerah lain sepanjang tepi pesisir benua, terdapat "tambang metana". Tambang ini terbentuk kalau gas metana menumpuk di bawah dasar laut yang tak dapat ditembusnya. Gas ini dapat lolos tiba-tiba kalau dasar laut retak. Lolosnya tidak kepalang tangung. Dengan kekuatan yang luar biasa, tumpukan gas itu menyembur ke permukaan sambil merebus air, membentuk senyawa metana hidrat.
Air yang dilalui gas ini mendidih sampai terlihat seperti "air bercahaya putih". Blow out atau ledakan serupa pernah terjadi di laut Kaspia dan sudah banyak menelan anjungan pengeboran minyak sebagai korban. Regu penyelamat yang dikerahkan tidak menemukan sisa sama sekali. Mungkin karena alat dan manusia yang menjadi korban tersedot pusaran air, dan jatuh ke dalam lubang bekas retakan dasar laut, lalu tanah dan air yang semula naik ke atas tapi kemudian mengendap lagi di dasar laut, menimbun mereka semua.
Setiap kapal yang terperangkap di dalam balon gas raksasa itu akan langsung goyah dan tenggelam ke dasar lautan. Jika balon itu cukup besar dan memiliki kepadatan yang cukup, maka pesawat terbang pun bisa dihantam jatuh olehnya. Pesawat terbang yang terjebak di balon metana raksasa, berkemungkinan mengalami keruskan mesin karena diselimuti oleh metana dan segera kehilangan daya angkatnya.
C. Analisis Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat Mengenai Teori Ledakan Gas Methana di Segitiga Bermuda
Misteri di kawasan segitiga Bermuda dapat dikatakan merupakan masalah multidimensional. Sejak pertama kali terungkap sampai sekarang dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, para ilmuwan banyak mengemukakan hipotesis-hipotesis untuk mencari alasan ilmiah mengenai berbagai kejadian di kawasan ini. Teori yang terbaru mengemukakan adanya kemungkinan ledakan gas methana dari dasar laut segitiga Bermuda.
Teori ini dapat dikaji lebih lanjut menurut pendekatan Salingtemas baik secara dasar sains dan ilmu lingkungan, teknologi yang digunakan, serta dampak teori ini pada persepsi masyarakat luas.
1. Sains : Ledakan Gas Methana
Teori ledakan gas methana tidak bisa lepas dari perkembangan ilmu kimia. Gas methana merupakan gas alam yang terkandung secara di perut bumi. Gas methana dapat keluar dan membentuk gelembung-gelembung gas melalui celah retakan lempeng bumi akibat peristiwa geologis.
Berdasarkan penelitian, gas methana merupakan gas tidak berwarna dan berbau dengan rumus kimia CH4 dapat mengemisikan kalor 21 kali lebih besar daripada CO2. Dengan kekuatan yang luar biasa, tumpukan gas methana yang menyembur ke permukaan sambil merebus air, membentuk senyawa metana hidrat. Air yang dilalui gas ini akan mendidih sampai terlihat seperti "air bercahaya putih". Blow out atau ledakan serupa pernah terjadi di laut Kaspia dan sudah banyak menelan anjungan pengeboran minyak sebagai korban. “Air bercahaya putih” karena pengaruh gas methana ini menerangkan mengenai apa yang dilihat oleh Columbus dalam pelayarannya. Gas methana, dewasa ini juga diperkirakan merupakan penyebab utama dari adanya pemanasan global.
2. Lingkungan : Kondisi Geologis Segitiga Bermuda
Kondisi lingkungan di kawasan Segitiga Bermuda juga berpengaruh terhadap fenomena-fenomena yang terjadi. Laut Sargaso di kawasan ini, terkenal dengan keheningan lautnya. Laut ini adalah laut mati, tidak didapati gerakan apapun karena jarangnya hembusan udara dan angin yang menerpanya. Para pelaut menjulukinya dengan banyak nama, antara lain “laut seram” dan “kuburan atlantik”. Hal ini mereka saksikan dari suasana mencekam dan ketakutan luar biasa pada saat mereka berlayar.
Ekspedisi laut modern menemukan adanya jumlah besar dari kapal laut, kapal selam, dan perahu yang berserakan di dasar laut ini, yang berasal dari berbagai masa semenjak perjalanan melalui lautan. Kebanyakan kapal-kapal tersebut terbenam di dasar lautan pada sisi-sisi yang gelap, di samping hilangnya sejumlah besar kapal dan perahu tanpa meninggalkan jejak sedikitpun.
Selain itu, kawasan perairan segitiga Bermuda merupakan daerah pertemuan arus dingin dari artik dengan arus hangat dari teluk meksiko yang memungkinkan terjadinya pusaran air (Gulf Stream) yang sangat cepat dan turbulen. Labilnya kondisi geologis lempeng bumi juga memiliki pengaruh. Pergeseran lempeng bumi di dasar laut melepaskan balon gas methana dari dalam dan kemudian menyedot air laut masuk ke dalam retakan. Hal ini menguatkan teori ledakan gas methana mengenai alasan raibnya kapal dan pesawat tanpa sisa, karena tersedot masuk jauh ke dalam lempeng bumi dan terkubur selamanya.
3. Teknologi : Karamnya Kapal dan Pesawat
Balon gas methana yang keluar dapat menimbulkan gelombang besar selain kondisi airnya yang mendidih. Sehingga dapat seketika mengguncang kapal dan menghilangkan daya apungnya. Di udara balon gas methana dapat mengganggu penerbangan pesawat. Pesawat akan kehilangan daya angkat ke atas karena perubahan tekanan atas-bawah sayap pesawat tidak terkendali. Fakta yang terjadi di sejarah Segitiga Bermuda menyimpulkan tidak peduli secanggih apapun teknologi kapal dan pesawat, jika diterjang gas methana dapat terganggu juga.
Sisi teknologi juga menyumbang andil terhadap perkembangan penelitian mengenai Segitiga Bermuda. Dari perkembangan teknologi, diketahui adanya tambang methana, kejanggalan fungsi alat navigasi dan proyeksi daerah prairan yang boleh tidaknya dilalui perjalanan laut. Namun meski demikian, belum ada penjelasan ilmiah mengenai alasan bagaimana alat navigasi seperti kompas, radar dan pamancar radio SOS tidak berfungsi dengan baik ketika di kawasan tersebut.
4. Masyarakat : Perubahan Persepsi Masyarakat mengenai Segitiga Bermuda Misteri yang terjadi di Segitiga Bermuda sudah sejak lama menghantui masyarakat. Ada berbagai persepsi dan penafsiran mengenai penyebab hilangnya kapal dan pesawat di perairan ini. Ada yang berpendapat adanya piramida atlantis, kerajaan jin dan setan, lorong waktu, bahkan pangkalan UFO dan sebagainya. Dipublikasikannya teori ledakan gas methana setidaknya dapat mengubah persepsi masyarakat mengenai isu takhayul dan paranormal tersebut. Bahwa fenomena hilangnya kapal di Bermuda adalah normal dan dapat terjadi di mana saja.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Segitiga Bermuda. diunduh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Segitiga_Bermuda pada Jum’at, 18 Februari 2011 13.45 PM
Anonim. Teori terbaru, Gas Metana Penyebab Banyak Kapal Hilang di Segitiga Bermuda. Diunduh dari http://anehsemua.blogspot.com/2011/02/teori-terbaru-gas-metana-penyebab.html#ixzz1CxFuhY4V pada Jum’at, 11 Februari 2011 3:33 PM
Aditia Maruli. 2011. Wah, Misteri Segitiga Bermuda Terpecahkan. Diakses dari http://www.antaranews.com/teknologi/sains pada Jum’at, 18 Februari 2011 13.45 PM
Elin Yunita Kristanti. 2010. Fakta Ilmiah di Balik Segitiga Bermuda. Diakses dari http://dunia.vivanews.com/ pada Jum’at, 18 Februari 2011 13.45 PM
http://forum.vivanews.com/showthread.php?t=67498
0 komentar:
Posting Komentar
Hello Kawan!
Terima kasih atas kunjungannya ke halaman ini. Semoga apa yang saya sampaikan dapat bermanfaat bagi kawan semua.
Sebagai bentuk apresiasi, anda dapat meninggalkan komentar, saran atau pertanyaan
Terima kasih...