Selasa, 04 Mei 2010

Kenapa Laskar Pelangi Begitu Fenomenal?

Tadi malam, saya sedang iseng-iseng utak-atik komputerku. Eh waktu browsing sana browsing sini, ketemu sama film Laskar Pelangi karyanya Andrea Hirata. Penasaran, kenapa film ini masih tersimpan di komputerku, padahal koleksi film-filmku yang lain sudah banyak terhapus. Yah, jadinya acara malam itu nonton film.

Berbicara tentang Laskar Pelangi, tentunya kita semua masih ingat diawali dengan meledaknya novel Laskar Pelangi di pasaran. Kemudian disusul versi filmnya yang menjadi box office di layar Indonesia. Sambutan terhadap film Laskar Pelangi muncul dari berbagai pihak, bukan hanya dari para pecinta film. Tapi hampir semua lapisan masyarakat mengenalnya. Entah itu pejabat, mahasiswa, guru, selebritis, anak-anak, atau ibu rumah tangga respect terhadap film yang sengaja mengangkat tema pendidikan ini.

Saya masih ingat jelas, bagaimana antrenya membeli karcis film Laskar Pelangi di loket bioskop. Pada saat itu, sedang berbarengan dengan rombongan dari salah satu SD di Surabaya. Tidak tanggung-tanggung, sekitar 2 kelas mungkin berjejer-jejer di luar pintu bioskop. (Lucu juga mengingatnya). Meski diputar secara serentak di semua bioskop di Indonesia, permintaan pemutaran film Laskar Pelangi terus berlanjut sampai berbulan-bulan. Hingga muncul pertanyaan, Mengapa film ini menjadi begitu fenomenal?

Inilah yang menjadi pertanyaan saya. Apa karena tema yang diangkatnya adalah masalah pendidikan? Mungkin itu salah satu jawabannya. Yang jelas film adalah film inspiratif. Banyak berbagai realita di masyarakat yang diceritakan dengan indah oleh sang pengarang dan dikemas dengan apik oleh sang sutradara, Riri Reza.

Laskar Pelangi berkisah tentang masa-masa sekolah Ikal, seorang anak pulau Belitung beserta kawan-kawannya. Yang menjadi sorotan menarik disini adalah pertama dari sisi pendidikan dan potret sosial. Film ini mengingatkan kita tentang foto pendidikan di Indonesia saat ini. Dilambangkan dengan rupa SD PN Timah dengan SD Muhamadiyah Belitong, tempat sekolah Ikal. Alangkah curam perbedaannya, SD PN semakin lama semakin maju, sedang SD Muhamadiyah semakin lama semakin terpuruk hingga terancam ditutup andaikata tidak mendapat 10 murid baru. Inspiratif menurutku, jika mengingat usaha Bu Mus dan Pak Harfan mempertahankan sekolah ini. Tanggung jawab sebagai seorang pendidik bagi mereka bukan hanya dari segi ilmu saja, tapi etika, moral dan agama tetap perlu diutamakan.

Satu pelajaran yang aku dapat setelah melihat film ini, bahwa Ilmu itu wajib kita cari, bagaimanapun susah dan peliknya didapat. Seorang Lintang tidak putus asa untuk bersepeda ke sekolahnya, hanya karena rumahnya berpuluh-puluh kilometer dari sekolah melewatihutan dan rawa. Seorang Bu Mus juga tidak pernah kehabisan akal mengajar siswanya meski sarana tidak mencukupi. Tidak ada alasan tidak belajar hanya karena tidak ada media, toh bukannya media belajar terbaik adalah alam. Alam selalu terbentang luas untuk digali misteri-misteri yang dikandungnya. Ilmu selalu berkembang, dan dengan belajar dari alam, maka ilmu itu tentunya akan lebih dapat terintegrasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Inilah yang mungkin bisa disebut pembelajaran yang bermakna.

Potret kedua adalah bagaimana jelasnya perbedaan grade/status sosial dalam masyarakat Belitong yang multikultural. Belitong (sekarang Belitung) saat itu adalah bisa dikatakan daerah kaya, karena merupakan daerah penghasil timah terbesar. Namun, hal ini nyatanya tidak dapat mengangkat taraf hidup mayoritas penduduk Belitong sendiri. Perbedaan sangat terasa antar buruh timah yang mayoritas pribumi dengan kaum pendatang dari Jawa. Mengingatkan kita pada kaum konglomerat dan buruh perusahaan pada masa kini, yang sejujurnya masih memunculkan kesenjangan sosial di masyarakat. Kisah Laskar Pelangi tidak mengajak untuk menangisi kemiskinan, namun memaknai kemiskinan tersebut dari sudut pandang lain. Bahwa kemiskinan adalah bukan penyebab utama kebodohan seperti yang dipercayai banyak orang saat ini.
Kekentalan ras, agama, suku adat dan budaya di Belitong juga sangat terasa. Masing-masing ras masih memegang teguh ajaran leluhurnya, namun masih tetap dapat hidup selaras bersama ras lain. Bahkan di kelas Bu Mus juga tergambar kebhinekaan itu, meski demikian Beliau tidak pernah membeda-bedakan muridnya. Baginya, semua murid itu unik, punya karakter dan ciri khas masing-masing. Karena inilah memang gambaran umum hakekat dari manusia sendiri. Justru kemajemukanlah yang bisa mengisyaratkan rasa kebersamaan dan persatuan di Indonesia.

Kembali ke pertanyaan awal, Mengapa film ini bisa menjadi begitu fenomenal? 
Jawabannya karena film ini adalah titik tolak pergolakan film di Indonesia. Saat ini Indonesia terancam dengan masuknya pengaruh buruk budaya barat, yang dapat merusak tatanan moral dan nilai ketimuran Indonesia. Kenapa berbahaya? Sebab beberapa budaya barat seringkali bertentangan dengan etika dan nilai yang sudah ditanamkan leluhur bangsa Indonesia. Pola penyebaran budaya barat muncul dari berbagai media, salah satunya dari film. Nah disinilah, peran film Laskar Pelangi. Gebrakan tema yang diambil menjadi daya tarik tersendiri, yang menjadikan Laskar Pelangi berbeda dengan film Indonesia lainnya atau film asing sekalipun. Sebagai karya orisinil anak negeri, baik sutradara atau sang pengarang mencoba mengingatkan bahwa Indonesia masih bisa berkarya. Dan karya itu bukan serempetan, tak bermakna atau isapan jempol belaka, tapi inilah karya bangsaku yang berkualitas dan inspiratif.

Film ini membuktikan, bahwa film bukan hanya merupakan ajang hiburan semata. Sebuah film atau hiburan lainnya, jika digarap dengan apik, bisa juga menjadi sumber inspirasi dan sarana yang mendidik bagi anak-anak. Anak-anak diusahakan tidak hanya dicekoki dengan film kartun, film dengan adegan kekerasan dan berkonten dewasa. Ini akan berpengaruh besar pada perkembangan diri anak ke depannya. Karena jika dilihat dari teori perkembangan, masa-masa kanak-kanak sampai remaja adalah masa keemasan untuk belajar dari apa yang mereka lihat, dengar atau rasakan.

Sambutan baik dari masyarakat pada film Laskar Pelangi, menandakan betapa hausnya masyarakat pada hiburan yang edukatif tapi mudah dicerna oleh semua lapisan. Karena seni, dalam hal ini film dan musik, adalah bahasa universal. Semua orang akan mudah terikat oleh seni. (sebagai info tambahan, OSt Laskar Pelangi by Nidji juga meledak di pasaran).

Film Laskar Pelangi bisa dikatakan sebuah mahakarya. Isinya sangat kompleks, masalah pendidikan, cinta, social, ekonomi, etika, moral, agama dan seni budaya terbungkus dengan indah. Yang patut digarisbawahi bahwa Laskar Pelangi muncul dari ketajaman seorang Andrea Hirata dalam memaknai hidup serta fenomena di lingkungannya. Andrea Hirata (Ikal) bukan siapa-siapa sebelum ia membuat manuver dalam hidupnya, menjadi seorang penulis. Ini satu pelajaran bagi kita mungkin, bahwa kita tidak akan pernah tahu apa yang ada di masa depan kita sebelum kita mencobanya. Sesuatu akan menjadi suatu gebrakan baru, jika ia original dan berbeda dengan yang lain.

Sungguh alangkah indahnya, jika bangsa ini memiliki jiwa-jiwa seperti para tokoh dalam kisah Laskar Pelangi. Tentunya PR kita saat ini adalah bagaimana inspirasi yang disampaikan Laskar Pelangi dapat memotivasi kita dalam menjalani kehidupan. Perbaikan kualitas pendidikan adalah jalan keluar dari keterpurukan bangsa ini.

“LASKAR PELANGI, sebuah mahakarya fenomenal karya anak negeri. Isinya kompleks pada realitas bangsa Indonesia. Dengan membacanya, kita diajak untuk tertawa, menangis dan merenung melalui kisah inspiratifnya.”

0 komentar:

Posting Komentar

Hello Kawan!
Terima kasih atas kunjungannya ke halaman ini. Semoga apa yang saya sampaikan dapat bermanfaat bagi kawan semua.
Sebagai bentuk apresiasi, anda dapat meninggalkan komentar, saran atau pertanyaan
Terima kasih...