Jumat, 29 April 2011

Laporan Praktikum : Menentukan Kadar Glukosa Darah

JUDUL PRAKTIKUM : PENENTUAN KADAR GLUKOSA DARAH

TUJUAN
a) Untuk menentukan kadar gula dalam darah

KAJIAN TEORI
ABSORBANSI
Menghitung absorbansi larutan
Jika anda membaca bagian tentang bagaimana spektrometer serapan bekerja, anda akan mengetahui bahwa serangkaian panjang gelombang sinar akan melewati suatu larutan (sel sampel) dan wadah lain yang identik yang hanya berisi pelarut (sel pembanding/referens). Untuk tiap panjang gelombang sinar yang melewati spektrometer, intensitas sinar yang melewati sel pembanding dihitung. Biasanya disebut sebagai Io – dengan I adalah intensitas. Intensitas sinar yang melewati sel sampel juga dihitung untuk panjang gelombang yang sama – disimbolkan I.
Jika I lebih kecil dari Io, berarti sampel menyerap sejumlah sinar. Selanjutnya perhitungan sederhana dilakukan oleh komputer untuk mengubahnya menjadi apa yang disebut dengan absorbansi – dengan I adalah intensitas. Intensitas sinar yang melewati sel sampel juga dihitung untuk panjang gelombang yang sama – disimbolkan dengan A.
Hubungan antara A (absorbansi) dan kedua intensitas adalah:
absorbance
Umumnya berdasarkan diagram di atas, anda akan mendapatkan absorbansi berkisar dari 0 hingga 1, tetapi dapat pula lebih tinggi dari itu. Absorbansi 0 pada suatu panjang gelombang artinya tidak ada sinar dengan panjang gelombang tertentu yang diserap. Intensitas berkas sampel dan pembanding sama, jadi perbandingan Io/I adalah 1. Log10 dari satu adalah nol.
Absorbansi 1 terjadi ketika 90 % sinar pada suatu panjang gelombang diserap – 10 % lainnya tidak diserap.
Dalam hal ini, Io/I is 100/I0 (=10) dan log10 of 10 adalah 1.
Absorbansi tidak cocok dipakai untuk membuat perbandingan
Pentingnya konsentrasi
Bagian sinar yang diserap akan tergantung pada berapa banyak molekul yang beinteraksi dengan sinar. Bayangkan anda memiliki zat warna organik yang kuat/tajam. Jika zat warna tersebut berupa larutan pekat, maka akan diperoleh absorbansi yang sangat tinggi karena ada banyak molekul yang berinteraksi dengam sinar. Akan tetapi, dalam larutan yang sangat encer, sangat sulit untuk melihat warnanya. Absorbansinya sangat rendah.
Seandainya anda ingin membandingkan zat warna tersebut dengan senyawa lain, namun anda tidak mengetahui konsentrasinya, maka anda tidak akan dapat membuat perbandingan dengan baik tentang senyawa mana yang menyerap sinar lebih banyak.
Pentingnya bentuk wadah
Seandainya sekarang anda memiliki larutan zat warna yang sangat encer dalam wadah yang berbentuk tabung sedemikian sehingga yang dilewati sinar panjangnya 1cm. Absorbansi tidak akan terlalu tinggi. Selain itu, seandainya anda melewatkan sinar melalui tabung sepanjang 100 cm yang berisi larutan yang sama. Sinar akan lebih banyak diserap karena sinar berinteraksi dengan lebih banyak molekul. Sekali lagi, jika anda ingin membandingkan diantara larutan yang ada, anda juga harus memperhatikan panjang larutan yang dilalui sinar.
Konsentrasi dan panjang larutan menjadi pertimbangan dalam hukum Beer-Lambert.
Hukum Beer-Lambert
Anda akan mendapatkan berbagai simbol untuk beberapa istilah dalam persamaan – khususnya untuk konsentrasi dan panjang larutan. Saya akan menggunakan bentuk yang mudah dimengerti dimana konsentrasi larutan adalah "c" dan panjang adalah "l".
beerlambert1
Anda seharusnya mengenali bagian kiri persamaan seperti pada definisi absorbansi, A. Anda juga mendapatkan persamaan yang menyatakan A:
beerlambert2
Ini lebih mudah diingat daripada yang sebelumnya, tetapi anda harus tetap memahami persamaan untuk absorbansi. Baik juga untuk memahaminya dalam bentuk ini:
beerlambert3
Huruf Yunani epsilon dalam persamaan ini disebut absorptivitas molar – atau kadang-kadang disebut dengan koefisien absorpsi molar.
Absorptivitas molar
Jika anda mengatur kembali persamaan di atas menjadi lebih sederhana untuk menerangkan epsilon (absorptivitas molar), anda dapatkan:
beerlambert4
Ingat bahwa absorbansi larutan akan bervariasi berdasarkan konsentrasi atau ukuran wadah. Absorptivitas molar diperoleh dari pembagian absorbansi dengan konsentrasi dan panjang larutan yang dilalui sinar. Pada dasarnya, ini memberikan nilai absorbansi standar – sinar berjalan sepanjang 1 cm melewati larutan 1 mol dm-3.Hal ini artinya bahwa anda dapat membandingkan antara satu senyawa dengan senyawa lainnya tanpa mengkhawatirkan pengaruh konsentrasi dan panjang larutan.
Nilai absorptivitas molar dapat bervariasi. Contohnya, etanal memiliki dua puncak serapan dalam spektrum UV-tampak – keduanya dalam spektrum ultra-violet. Dua puncak serapan ini disebabkan oleh promosi elektron dari pasangan bebas pada oksigen ke orbital pi anti-ikatan; atau dari orbital pi ikatan ke orbital pi anti-ikatan.
Tabel berikut memberikan nilai absorptivitas molar larutan etanal dalam heksana. Ingat bahwa absorptivitas tidak memiliki satuan. Hal ini sudah umum. Jika anda menginginkan adanya satuan, misalnya panjang dalam cm dan konsentrasi dalam mol dm-3, maka satuan absorptivitas adalah mol-1 dm3 cm-1.

Lompatan elektron

Panjang gelombang serapan maksimum (nm)

absorptivitas molar

dari pasangan bebas ke orbital pi anti-ikatan

290

15

dari orbital pi ikatan ke pi anti-ikatan

180

10000

Etanal menyerap lebih kuat pada 180 nm daripada 290 nm. (meskipun faktanya puncak serapan 180 nm berada di luar jangkauan sebagaian besar alat spektrometer).
Anda dapat melihat diagram spektra serapan yaitu plot antara absorptivitas pada sumbu vertikal terhadap absorbansi. Akan tetapi, jika anda menggambarkan dan membuat skalanya, anda tidak akan mendapatkan titik 290 nm. Titik tersebut hanyalah puncak yang kecil dibandingkan pada 180 nm.
Untuk mendapatkannya, anda buat diagram dengan sumbu vertikal diplot sebagai log10 (absorptivitas molar).
Larutan ini diukur absorbansinya yang panjang gelombang maksimumnya yaitu 660 nm. Dengan menggunakan Hukum Lambert-Beer konsentrasi glukosa dalam darah dap;at ditentukan . hukum Lambert-Beer menyatakan :
A= k × C × l
Dimana :
A = absorbansi (serapan cahaya)
k = koefisien ekstingsi molar larutan
l = tebal kuvet
C = konsentrasi sampel
Berdasarkan hukum Lambert-Beer, serapan cahaya berbanding lurus dengan konsentrasinya.
Konsentrasi glukosa dalam darah merupakan faktor yang sangat penting untuk kelancaran kerja tubuh. Kadar normal glukosa dalam darah adalah 70-90 mg/100 mL . Keadaan dimana kadar glukosa berada dibawah 70-90 mg/100 mL disebut hipeglisemia sedangkan diatas 90mg/ 100 mL disebut hiperglisemia.

ALAT DAN BAHAN

a) Spektronik 20
b) Peralatan gelas
c) Sentrifuse
d) Larutan Ba(OH)2
e) Larutan Standart glukosa
f) Pereaksi arsenomolibdat
g) Larutan Cu alkalis
h) Larutan ZnSO4. 7 H2O

LANGKAH KERJA
A. Deproteinasi Filtrat Darah
· Ambil 0.1 mL darah, masukkan ke dalam tabung sentrifuse yang telah berisi 1.90 mL aquades campurkan dengan baik (menggunakan pengaduk)
· Kedalam tabung tersebut tambahkan 1.50 mL Ba(OH)2 0.3 N aduk baik hingga merata
· Tambahkan 1.5 mL ZnSO4 5% campurkan dengan baik dan biarkan selam 5 menit
· Sentrifuse selama 30 menit
· Lakukan dekantasi dan filtratnya merupakan filtrat darah bebas protein (bila dilakukan pengenceran maka harusv diperhitungkan dalam perhitunhan)
· Filtrat siap diuji selanjutnya
B. Penentuan Kadar Glukosa Darah
· Pipet 1.0 mL filtrat darah bebas protein dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan tambahkan 1 mL pereaksi Cu alkalis
· Masukkan ke dalam air mendidih selam 20 menit, kemudian masukkan ke dalam air dingin
· Tambahkan 1 mL pereaksi arsenomolibdat, aduk dengan baik sampai merata
· Baca absorbansinya dengan alat spektronik pada 20 pada panjang gelombang 660 nm.
C. Pembuatan Kurva Standart
· Pipet masing-masing 1.0 mL larutan glukosa dengan konsentrasi 0.01 mg/ mL ; 0.02mg/ mL ; 0.03 mg/ mL ; 0.04 mg/ mL ; 0.05 mg/ mL masukkan ke dalam tabung reaksi dan tambahkan 1.0 mL pereaksi Cu alkalis
· Masukkan ke dalam air mendidih selama 20 menit kemudian masukkan ke dalam air dingin
· Tambahkan 1 mL pereaksi arsenomolibdat, aduk dengan baik sampai merata
· Baca absorbansinya dengan alat spektronik 20 pada panjang gelombang 660 nm.
D. Larutan Blanko
· Pipet masing-masing 1.0 mL aquades masukkan ke dalam tabung reaksi dan tambahkan 1.0 mL pereaksi Cu alkalis
· Masukkan ke dalam air mendidih selama 20 menit kemudian masukkan ke dalam air dingin
· Tambahkan 1 mL pereaksi arsenomolibdat, aduk dengan baik sampai merata
· Baca absorbansinya dengan alat spektronik 20 pada panjang gelombang 660 nm.


DATA PENGAMATAN

HASIL PRAKTIKUM
Percobaan 1 Deproteinasi Filtrat Darah

Bahan

Perlakuan

Hasil Pengamatan

Sebelum

Sesudah

Darah 0.1 mL

· + 1.9 mL aquades

· + 1.5 Ba(OH)2 0.3 N

· + 1.5 ZnSO4 5%

· Disentrifuse 30 menit, 250 rpm

· Darah : merah kental (++++)

· Aquades : tidak berwarna

· Ba(OH)2 : Putih keruh

· ZnSO4 : tidak berwarna

· Larutan merah (++)

· Coklat teh

· Terbentuk 2 lapisan. Lapisan atas : bening. Lapisan bawah : hijau lumut (+++)

· Terbentuk 2 lapisan . lapisan atas : bening. Lapisan bawah : hijau lumut (+++++)

Percobaan 2. Penentuan Kadar Glukosa Darah

Bahan

Perlakuan

Hasil Pengamatan

Sebelum

Sesudah

1 mL filtrat darah

· + 1 mL Cu alkalis

· Dipanaskan 20 menit lalu didinginkan

· + 1 mL Arsenomolibdat

· Pembacaan dengan spektronik 660 nm

· Cu alkalis : biru bening

· Arsenobolibdat : kuning

· Warna hijau (+++)

· Warna hijau lumut

· Terjadi reaksi. Timbul gelembung gas dan warna larutan : hijau kebiruan

· 0.822 nm absorbansinya.

KELARUTAN KURVA STANDART
Tabel 1

Bahan

Perlakuan

Hasil Pengamatan

Sebelum

Sesudah

· 1 mL glukosa dengan 0.01

· 1 mL glukosa dengan 0.02

· 1 mL glukosa dengan 0.03

· 1 mL glukosa dengan 0.04

· 1 mL glukosa dengan 0.05

· + 1 mL pereaksi Cu alkalis (A)

· + 1 mL pereaksi Cu alkalis (B)

· + 1 mL pereaksi Cu alkalis (C)

· + 1 mL pereaksi Cu alkalis (D)

· + 1 mL pereaksi Cu alkalis (E)

· Glukosa : bening

· Cu alkalis : biru (++)

· Glukosa : bening

· Cu alkalis : biru (++)

· Glukosa : bening

· Cu alkalis : biru (++)

· Glukosa : bening

· Cu alkalis : biru (++)

· Glukosa : bening

· Cu alkalis : biru (++)

· Glukosa + Cu alkalis : biru bening (+) atau biru muda.

· Glukosa + Cu alkalis : biru bening (+)

· Glukosa + Cu alkalis : biru bening (+)

· Glukosa + Cu alkalis : biru bening (+)

· Glukosa + Cu alkalis : biru bening (+).

Tabel 2

Perlakuan

Hasil Pengamatan

Sebelum

Sesudah

· Tabung reaksi (A) dimasukkan ke dalam air panas selama 20 menit.

I. Dimasukkan ke dalam air dingin

II. Ditambahkan 1 mL pereaksi arsenomolibdat dan diaduk sampai rata.

· Tabung reaksi (B) dimasukkan ke dalam air panas selama 20 menit.

I. Dimasukkan ke dalam air dingin

II. Ditambahkan 1 mL pereaksi arsenomolibdat dan diaduk sampai rata.

· Tabung reaksi (C) dimasukkan ke dalam air panas selama 20 menit.

I. Dimasukkan ke dalam air dingin

II. Ditambahkan 1 mL pereaksi arsenomolibdat dan diaduk sampai rata.

· Tabung reaksi (D) dimasukkan ke dalam air panas selama 20 menit.

I. Dimasukkan ke dalam air dingin

II. Ditambahkan 1 mL pereaksi arsenomolibdat dan diaduk sampai rata.

· Tabung reaksi (E) dimasukkan ke dalam air panas selama 20 menit.

I. Dimasukkan ke dalam air dingin

II. Ditambahkan 1 mL pereaksi arsenomolibdat dan diaduk sampai rata.

· Glukosa + Cu alkalis : biru bening (+)

· Arsenomolibdat : hijau kekuningan (+)

· Glukosa + Cu alkalis : biru bening (+)

· Arsenomolibdat : hijau kekuningan (+)

· Glukosa + Cu alkalis : biru bening (+)

· Arsenomolibdat : hijau kekuningan (+)

· Glukosa + Cu alkalis : biru bening (+)

· Arsenomolibdat : hijau kekuningan (+)

· Glukosa + Cu alkalis : biru bening (+)

· Arsenomolibdat : hijau kekuningan (+)

· Glukosa + Cu alkalis : hijau kekuningan (+) dan timbul gelembung ketika diaduk.

· Glukosa + Cu alkalis : hijau muda (+) dan timbul gelembung ketika diaduk.

· Glukosa + Cu alkalis : hijau tua (+++) dan timbul gelembung ketika diaduk.

· Glukosa + Cu alkalis : hijau tua (++++) dan timbul gelembung ketika diaduk.

· Glukosa + Cu alkalis : hijau tua(+++++) dan timbul gelembung ketika diaduk.

Tabel 3: Pembacaan absorbansi dengan alat spektronik 20 dan pada panjag gelombang 660 nm

Bahan

Hasil Pengamatan

Sebelum

Sesudah

· Tabung A (0.01 glukosa )

· Tabung A (0.01 glukosa )

· Tabung A (0.01 glukosa )

· Tabung A (0.01 glukosa )

· Tabung A (0.01 glukosa )

___

___

___

___

___

0.279 nm

0.429 nm

0.700 nm

0.708 nm

0.804 nm

LARUTAN BLANKO
Tabel 1

Perlakuan

Hasil Pengamatan

Sebelum

Sesudah

· 1 mL aquades dimasukkan ke dalam tabung reaksi

I. Ditambahkan 1 mL pereaksi Cu alkalis.

II. Dimasukkan ke dalam air mendidih selama 20 menit.

III. Dimasukkan dalam air dingin + 1 mL pereaksi Arsenomolibdat, diaduk sampai rata

IV. Dibaca absorbansinya dengan alat spektronik 20 pada panjang gelombang 660 nm.

· Warna aquades : bening

· Warna Cu alkalis : biru (++)

· Warna : biru bening (+)

· Aquades + Cu alkalis : biru bening (+)

· Warna : kuning kehijauan, ketika diaduk timbul gelembung.

0.171



ANALISIS

Pengamatan
a) Deproteinasi filtrat darah
Pada saat darah 0.1 mL ditambahkan 1.9 mL aquades, sebelum direaksikan darah berwarna merah kental (++++) sedangkan aquades tidak berwarna dan sesudah direaksikan maka larutan berwarna merah (++). Setelah itu ditambahkan dengan 1.5 Ba(OH)2 kan menghasilkan warna larutan menjadi coklat teh. Kemudian ditambahkan 1.5 ZnSO4 5% yang setelah itu dibiarkan selama 5 menit maka akan menghasilkan 2 lapisan. Lapisan atas berwarna bening dan lapisan bawah berwarna hijau lumut (++++).
b) Penentuan kadar glukosa dalam darah
Pada saat filtrat darah 0.1 mL ditambahkan 1.0 mL Cu alkalis, sebelum direaksikan Cu alkalis berwarna biru bening sedangkan sesudah direaksikan maka larutan berwarna hijau lumut (+++). Setelah itu dipanaskan selam 20 menit lalu didinginkan maka akan menghasilkan warna larutan menjadi hijau lumut. Kemudian ditambahkan 1.0 mL aresenomolibdat yang sebelum direaksikan berwana kuning yang setelah direaksikan akan terjadi reaksi timbul gelembung gas dan warna larutan menjadi hijau kebiruan. Lalu dilakukan pembacaan dengan menggunakan spektronik 660 nm yang menunjukkan angka 0.822 nm absorbansinya.
c) Kelarutan kurva standart
1)
ü 1 mL glukosa dengan 0.01 mg/ mL ditambahkan 1.0 mL pereaksi Cu alkalis (A) sebelum direaksikan glukosa berwarna bening dan warna Cu alkalis biru (++) setelah direaksikan maka akan menghasilkan warna larutan biru bening (+).
ü 1 mL glukosa dengan 0.02 mg/ mL ditambahkan 1.0 mL pereaksi Cu alkalis (B) sebelum direaksikan glukosa berwarna bening dan warna Cu alkalis biru (++) setelah direaksikan maka akan menghasilkan warna larutan biru bening (+).
ü 1 mL glukosa dengan 0.03 mg/ mL ditambahkan 1.0 mL pereaksi Cu alkalis (C) sebelum direaksikan glukosa berwarna bening dan warna Cu alkalis biru (++) setelah direaksikan maka akan menghasilkan warna larutan biru bening (+).
ü 1 mL glukosa dengan 0.04 mg/ mL ditambahkan 1.0 mL pereaksi Cu alkalis (D) sebelum direaksikan glukosa berwarna bening dan warna Cu alkalis biru (++) setelah direaksikan maka akan menghasilkan warna larutan biru bening (+).
ü 1 mL glukosa dengan 0.05 mg/ mL ditambahkan 1.0 mL pereaksi Cu alkalis (E) sebelum direaksikan glukosa berwarna bening dan warna Cu alkalis biru (++) setelah direaksikan maka akan menghasilkan warna larutan biru bening (+).
2)
ü Tabung reaksi (A) dimasukkan ke dalam air panas selama 20 menit, sebelum direaksikan larutan berwarna biru bening (+) dan setelah direaksikan berwarna hijau kekuningan (+) kemudian dimasukkan dalam air dingin akan menghasilkan gelembung dengan warna larutan hijau kekuningan. Setelah itu 1.0 mL pereaksi arsernomolibdat dan diaduk sampai rata menghasilkan warna hijau kekuningan.
ü Tabung reaksi (B) dimasukkan ke dalam air panas selama 20 menit, sebelum direaksikan larutan berwarna biru bening (+) dan setelah direaksikan berwarna hijau kekuningan (+) kemudian dimasukkan dalam air dingin akan menghasilkan gelembung dengan warna larutan hijau muda. Setelah itu 1.0 mL pereaksi arsernomolibdat dan diaduk sampai rata menghasilkan warna hijau muda.
ü Tabung reaksi (C) dimasukkan ke dalam air panas selama 20 menit, sebelum direaksikan larutan berwarna biru bening (+) dan setelah direaksikan berwarna hijau kekuningan (+) kemudian dimasukkan dalam air dingin akan menghasilkan gelembung dengan warna larutan hijau kekuningan. Setelah itu 1.0 mL pereaksi arsernomolibdat dan diaduk sampai rata menghasilkan warna hijau muda.
ü Tabung reaksi (A) dimasukkan ke dalam air panas selama 20 menit, sebelum direaksikan larutan berwarna biru bening (+) dan setelah direaksikan berwarna hijau kekuningan (+) kemudian dimasukkan dalam air dingin akan menghasilkan gelembung dengan warna larutan hijau tua (+++). Setelah itu 1.0 mL pereaksi arsernomolibdat dan diaduk sampai rata menghasilkan warna hijau tua.
ü Tabung reaksi (D) dimasukkan ke dalam air panas selama 20 menit, sebelum direaksikan larutan berwarna biru bening (+) dan setelah direaksikan berwarna hijau kekuningan (+) kemudian dimasukkan dalam air dingin akan menghasilkan gelembung dengan warna larutan hijau tua (++++). Setelah itu 1.0 mL pereaksi arsernomolibdat dan diaduk sampai rata menghasilkan warna hijau tua.
d) Larutan blanko
Pada saat darah 1.0 mL aquades dimasukkan ke dalam tabung reaksi ditambahkan dengan 1.0 mL pereaksi Cu alkalis, sebelum direaksikan warna aquades berwarna bening sedangkan Cu alkalis berwarna biru (++) dan sesudah direaksikan maka larutan berwarna biru bening (+). Setelah itu dimasukkan dalam air selama 20 menit sebelum direaksikan berwarna biru bening. Selanjutnya dimasukkan dalam air dingin yang kemudian ditambahkan 1.0 mL pereaksi arsenomolibdat dan diaduk hingga merata sehingga akan menghasilkan warna kuning kehijauan serta menimbulkan gelembung ketika diaduk.


Analisis Data

Pada percobaan, 2 tetes darah dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge sambil diecerkan dengan aquades 1,90 mL, serta ditambahkan 1,5 mL Ba(OH)2 0,3 N dan 1,5 ZnSO4 5%. Fungsi penambahan akuades adalah mengencerkan darah sehingga albumin dalam darah akan larut oleh akuades. Albumin adalah protein yang dapat larut dalam air serta dapat terkoagulasi oleh panas. Albumin sendiri terdapat dalam serum darah dan putih telur (Poedjiadi, 1994).
Penambahan Ba(OH)2 bertujuan mengendapkan albumin yang terlarut dalam air. ZnSO4 berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi pengendapan albumin oleh Ba(OH)2. Larutan yang telah dibuat didiamkan selama 5 menit kemudian disentrifugasi selama 30 menit agar terjadi endapan albumin secara sempurna untuk diambil filtrat darah bebas protein. Dalam kondisi ini, albumin merupakan bagian tak berwana, sedang filtrate darah merupakan bagian yang berwarna hijau lumut.
Sementara itu, kita menyiapkan larutan blanko (1 mL aquades) dan larutan standar glukosa 1 mL masing-masing dengan konsentrasi 0.01 mg/mL; 0.02 mg/mL; 0.03 mg/mL; 0.04 mg/mL dan 0.05 mg/mL. 1 mL filtrat darah, larutan blanko dan larutan standar masing-masing ditambahkan 1 mL pereaksi Cu Alkalis, lalu dipanaskan selama 20 menit.
Pemanasan berfungsi menambah laju reaksi oleh Cu Alkalis. Cu Alkalis sendiri ditambahkan untuk membentuk warna biru ketika ditambahkan 1 mL pereaksi arsenomolibdat. Karena larutan ini mengandung asam laktat dan ion Cu+. Hal ini sesuai dengan prinsip uji tauber memberikan hasil positif (warna biru) pada larutan yang mengandung monosakarida (glukosa). Perubahan warna yang terjadi diamati dan intensitas warnanya diamati dengan spetronik-20 pada panjang gelombang 660 nm.
Pada penambahan Cu Alkalis, ion kupri (Cu+) akan direduksi oleh gula menjadi kupro (Cu2+) dan mengendap sebagai Cu2O (kuprooksida). Dengan menambahkan pereaksi arsenomolibdat, kuprooksida melarut lagi dan warna larutan akan berubah menjadi biru kehijauan disebabkan oleh adanya oksidasi Mo. Penambahan Ba(OH)2 sebelumnya juga membantu terjadinya reduksi ion Cu2+ karena reaksi terjadi dalam suasana basa. Intensitas warna larutan adalah ukuran banyaknya gula yang ada di dalam filtrat. (Girindra 1999)
Pengamatan dengan spektronik-20 menggunakan prinsip hokum Lambert Beer. Factor yang mempengaruhi adalah konsentrasi larutan dan bentuk wadah. Bagian sinar yang diserap akan tergantung pada beberapa banyak molekul yang berinteraksi dengan sinar (absorbansi).
Tabel Hasil Pengamatan Spektronik-20

No.

Larutan (1 mL)

Adsorbansi (nm)

1.

Larutan blanko

0,171 x 10-9

2.

Larutan Standart

Glukosa 0,01 mg/mL

Glukosa 0,02 mg/mL

Glukosa 0,03 mg/mL Glukosa 0,04 mg/mL Glukosa 0,05 mg/mL

0.279 x 10-9

0.429 x 10-9

0.7 x 10-9

0.708 x 10-9

0.804 x 10-9

3.

Filtrat

0.822 x 10-9

Dari data pembuatan kurva standar di atas, Melalui perhitungan menggunakan hukum Lumbert-Beer, kita dapat mengetahui koefisien ekstingsi molar larutan (k) pada larutan glukosa sebagai berikut,
Tabel Penentuan Koefisen Ekstinsi Molar Larutan (k) berdasarkan Larutan Standar

No.

Larutan

Adsorbansi (nm)

Koefisien (k)

1.

Glukosa 0,01 mg/mL

0.279 x 10-9

5 x 10-3

2.

Glukosa 0,02 mg/mL

0.429 x 10-9

4 x 10-3

3.

Glukosa 0,03 mg/mL

0.7 x 10-9

4 x 10-3

4.

Glukosa 0,04 mg/mL

0.708 x 10-9

3.2 x 10-3

5.

Glukosa 0,05 mg/mL

0.804 x 10-9

3 x 10-3

Koefisien Rata-Rata

3.8 x 10-3

Kadar glukosa dalam darah dipengaruhi oleh aktifitas tubuh, kesehatan dan faktor genetik. Glukosa akan diuraikan dalam sel untuk menghasilkan tenaga. Gula darah meningkat setelah kita makan atau minum sesuatu yang bukan air putih biasa. Kadar glukosa yang tinggi, yang disebut hiperglisemia, merupakan tanda penyakit diabetes mellitus. Gula darah yang tinggi lambat laun dapat merusak mata, saraf, ginjal atau jantung. Gula darah yang rendah, yang disebut hipoglisemia, dapat menyebabkan kelelahan.
Dari data di atas, maka dapat diketahui koefisien ekstinsi molar larutan untuk digunakan dalam perhitungan kadar gula dalam darah. Hasil pengamatan dan perhitungan menunjukkan bahwa kadar glukosa yang diperoleh dari darah praktikan adalah 144 mg/dL (perhitungan terlampir). Artinya, praktikan termasuk hiperglisemia. Namun, hal ini belum tentu benar, karena pada saat pengujian praktikan telah makan kurang dari dua jam. Sehingga wajar kalau kadar gula darah praktikan tinggi, sebab dalam tubuh sedang terjadi proses metabolisme glukosa.


8.
KESIMPULAN

Glukosa, merupakan salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi tubuh. Penentuan kadar glukosa dalam darah dapat menggunakan metode Spektrometer absorbsi. Spectrometer absorbs adalah sebuah instrument untuk mengukur absorbansi/ penyerapan cahaya dengan energi (panjang gelombang) tertentu oleh atom/molekul.
Darah mengandung albumin yang harus dihilangkan pada uji glukosa, albumin diendapkan dengan penambahan akuades, Ba(OH)2 dan ZnSO4. Pada penambahan Cu alkalis, ion Cu+ akan direduksi oleh gula menjadi kupro Cu2+ dan mengendap sebagai Cu2O. dengan menambahkan pereaksi arsenomolibdat, Cu2O akan melarut lagi dan warna larutan berubah menjadi biru kehijauan disebabkan oleh adanya oksidasi Mo.
Intensitas warna larutan adalah ukuran banyaknya gula yang ada di dalam filtrat. Hasil pengamatan dengan spektronik-20 dan perhitungan menunjukkan bahwa kadar glukosa yang diperoleh dari darah praktikan adalah 144 mg/dL Artinya, praktikan termasuk hiperglisemia. Namun, hal ini belum tentu benar, karena pada saat pengujian praktikan telah makan kurang dari dua jam. Sehingga wajar kalau kadar gula darah praktikan tinggi, sebab dalam tubuh sedang terjadi proses metabolisme glukosa.


9.
REFERENSI :

Anna Poedjiadi, 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit UI-Press : Jakarta
Girindra A. 1989. Biokimia Patologi. Bogor : IPB
[Anonim]. 2010. Petunjuk Praktikum Metabolisme. Prodi Pend. Sains Unesa
http://darmaqua.blogspot.com/2008/04/penentuan -kadar-glukosa-dalam-darah.html
[Anonim]. 2007. Hukum Beer-Lambert. http://www.chem-is-try.org (18 May 2010)

2 komentar:

  1. wahh...
    mkasi y
    bner2 sngt membantu
    tp klo darah stelah dikasih Ba(OH)2 ma ZnSO4 wrnanya tetep merah itu knpa y?

    BalasHapus
    Balasan
    1. seingatku tiap praktikum mesti warnanya berubah setelah ditambah Ba(OH)2 dan ZnSO4

      Hapus

Hello Kawan!
Terima kasih atas kunjungannya ke halaman ini. Semoga apa yang saya sampaikan dapat bermanfaat bagi kawan semua.
Sebagai bentuk apresiasi, anda dapat meninggalkan komentar, saran atau pertanyaan
Terima kasih...